Posted by Tedi Agus Kurniadi
KEKALAHAN 0-1 Persib dari Persikab Kabupaten Bandung pada pertandingan kedua Liga Indonesia (LI) VI/1999-2000 di Stadion Siliwangi Bandung, 11 November 1999, menimbulkan kekecewaan bobotoh. Usai pertandingan, oknum bobotoh mengamuk dan membuat kerusuhan.
|
Persib 1999/2000: Kiri atas : Imam Riyadi , Mulyana , Nana Juhana , Dadang Hidayat , Udin Rafiudin , Heri Setiawan Kiri bawah : Yaris Riyadi , Sujana , Tatang Supriatna , Nandang Kurnaedi , Deden Supahan (Foto: Ingrum) |
Meski tindakannya tidak bisa dibenarkan, kekecewaan bobotoh dipicu oleh kegagalan Persib memenuhi ekspektasi mereka. Diharapkan bangkit di tangan pelatih anyar Suryamin yang sedang mencoba mempromosikan para pemain muda, termasuk Zaenal Arif, Nana Priatna, Suwita Pata, Andi Supendi, Yayan Sundana dan banyak lagi, Persib malah terpuruk di awal musim.
Perlu diketahui, pada laga pembuka LI VI/1999-2000, empat hari sebelumnya, Persib juga dipermalukan Persikota Tangerang melalui gol I Komang Mariawan pada menit 85. Akibatnya, kapasitas Suryamin pun mulai dalam sorotan.
Baca Juga
#PersibHariIni: 11 November 1999, "Barisan Sakit Hati" Bawa Persikab Permalukan Persib Mantan pemain Persib yang ketika itu menjabat sebagai Ketua I Korps Pelatih, Encas Tonif menilai Persib sama sekali kehilangan karakter dasar sebagai pemain maupun tim. “Kalau di luar lapangan orang bilang permisi, ya kita jawab mangga, tetapi di lapangan sebagai pemain sepakbola, setiap pemain lawan harus dihentikan,” krtik Encas di HU Pikiran Rakyat edisi 12 November 1999.
Menurut Encas, Persib juga kehilangan kebersamaan di lapangan. “Membangun kebersamaan itu yang penting tampak di lapangan, dan ini yang tidak ada di Persib,” lanjutnya.
Apa kata Suryamin? “Pertandingan berlangsung sangat menarik, namun faktor pengalaman dan keberuntungan saja yang membuat kami kalah,” kata Suryamin, masih di HU Pikiran Rakyat edisi yang sama.
Soal kerusuhan bobotoh, Ketua Umum Persikab dan Bupati Bandung, H.U. Hatta Djatipermana angkat bicara. “Sedari dulu saya sudah perkenalkan tiga fair play termasuk di antaranya penonton. Mereka harus dapat menerima kekalahan timnya dengan lapang dada,” ujar Hatta.